Home Uncategorized OJK Rilis Aplikasi Dukung Ekosistem Kripto

OJK Rilis Aplikasi Dukung Ekosistem Kripto

11


OJK Rilis Aplikasi Dukung Ekosistem Kripto
Ilustrasi.(AFP)

OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) secara resmi meluncurkan aplikasi Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi (SPRINT) untuk mendukung perkembangan Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto (IAKD). Aplikasi ini bertujuan mempercepat komunikasi antara OJK dan
penyelenggara ITSK.

“Aplikasi ini memudahkan pengajuan permohonan ke Regulatory Sandbox serta pendaftaran sebagai penyelenggara ITSK di OJK,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas ITSK, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto, Hasan Fawzi, Jumat (21/6). Dengan SPRINT, Hasan berharap proses perizinan bagi penyelenggara ITSK dapat dimonitor dengan baik dan dilaksanakan secara lebih cepat, mudah, serta efisien.

Berdasarkan hasil uji coba sandbox yang dilakukan oleh OJK, model bisnis seperti Innovative Credit Scoring (ICS) dan Agregasi Informasi Produk dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) telah ditetapkan sebagai objek pengaturan dan pengawasan OJK, khususnya di bidang IAKD. Penyelenggara ITSK dengan model bisnis semacam itu dapat melakukan pendaftaran ke OJK. Selain itu, OJK akan membuka pendaftaran bagi penyelenggara ITSK dengan model bisnis yang ditentukan untuk diatur dan diawasi oleh OJK.

Baca juga : OCBC Komitmen Tingkatkan Literasi Keuangan Kaum Disabilitas

CEO Indodax Oscar Darmawan menanggapi bahwa peluncuran aplikasi itu merupakan langkah positif untuk pertumbuhan ekosistem kripto di Indonesia. Hal ini tidak hanya mempercepat proses perizinan tetapi juga memberikan kepercayaan bagi para pelaku industri bahwa inovasi mereka akan diawasi dengan baik oleh otoritas yang kompeten.

Oscar menambahkan bahwa dengan aplikasi tersebut, penyelenggara ITSK dan asset kripto akan mendapatkan panduan yang lebih jelas dan prosedur yang lebih terstruktur dalam mengajukan permohonan dan pendaftaran. “Langkah OJK ini menunjukkan bahwa regulator kita proaktif dalam mendukung dan mengatur industri yang berkembang pesat. Ini akan membantu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi inovasi sekaligus melindungi kepentingan konsumen dan menjaga stabilitas sistem keuangan.”

Ia berharap bahwa kerja sama antara pelaku industri dan OJK akan terus terjalin dengan baik. “Ini untuk memastikan bahwa industri ini bertumbuh dan memberikan manfaat bagi ekonomi Indonesia.”

Baca juga : Presiden Jokowi Panggil KSSK Bahas Melemahnya Rupiah

Pelajaran Bitcoin

Di sisi lain, Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin menilai lesunya harga bitcoin disebabkan beberapa faktor termasuk perubahan outlook suku bunga Amerika Serikat (AS) yang semakin memperkuat nilai dolar AS di tengah penurunan suku bunga beberapa bank sentral di kawasan lain seperti Eropa.

Berdasarkan CoinMarketCap pada Jumat pukul 12.00 WIB, harga bitcoin menyentuh level US$64.588 atau setara Rp1,62 miliar (asumsi kurs Rp16.445 per dolar AS). Bitcoin mengalami penurunan harga 3,62% dalam sepekan terakhir.

Sikap The Fed yang tetap konsisten agar perekonomian dapat mencapai target inflasi di level 2% membuat situasi suku bunga tinggi saat ini berpotensi terjadi hingga beberapa bulan ke depan. “Kondisi tersebut membuat dolar AS menjadi instrumen yang relatif menarik untuk menyimpan nilai aset para investor, sehingga investor cenderung memilih instrumen yang relatif lebih aman dan menghasilkan return yang cukup tinggi dibandingkan aset kripto,” kata Fahmi.

Baca juga : Mengenal DeFi dalam Bitcoin

Dampak perubahan outlook suku bunga The Fed pascapertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 12 Juni lalu juga tergambar pada ETF bitcoin spot yang kemudian membukukan arus keluar (netflow) negatif selama empat hari berturut-turut mulai 13 Juni hingga 18 Juni 2024. Sebelumnya ETF bitcoin spot sempat membukukan rekor netflow positif beruntun selama 19 hari.

Mengacu data Coinglass, ETF bitcoin spot mengalami arus keluar relatif signifikan dengan total arus keluar mencapai US$878,9 juta dalam tujuh hari perdagangan terakhir. Meski begitu, Fahmi mengatakan bahwa meningkatnya jumlah likuiditas di AS mengindikasikan potensi aliran dana yang signifikan ke pasar kripto apabila situasi dovish atau tren penurunan suku bunga mulai terjadi.

Di sisi lain, sejumlah aset kripto lain atau altcoin justru mengalami kenaikan di tengah melemahnya bitcoin. Berdasarkan CoinMarketCap, XRP menghijau 2% dalam 24 jam. Selain itu, koin meme Brett (Based) menghijau 4% dan Lido DAO (LDO) naik hingga 3,36%.

Adapun menurut indikator CryptoQuant, saat ini di antara ethereum dan bitcoin dapat dikatakan sebagai fase awal altseason yakni altcoin biasanya akan cenderung menorehkan performa harga yang lebih baik dari bitcoin. Situasi ini menarik dimanfaatkan oleh para investor yang berminat dengan altcoin untuk berinvestasi di aset kripto potensial selain bitcoin.

Namun sebelum memilih altcoin, imbuh dia, investor juga perlu melihat dari kekuatan inovasi dan teknologinya terkait altcoin tersebut membawa nilai baru unik yang mungkin akan diapresiasi oleh para investor aset kripto atau tidak. Selain itu, perlu diperhatikan nilai merek atau popularitas serta seberapa besar komunitas dari aset kripto tersebut. Hal ini penting karena akan memengaruhi kekuatan pasar baik dari token maupun produk yang dikembangkan. (Ant/Z-2)



Source link