Kamu di sini. Tampaknya intuitif bahwa memperkenalkan robot ke tempat kerja dimaksudkan tidak hanya untuk mengurangi pengeluaran tenaga kerja, namun juga menekan tingkat upah. Namun, mengingat banyaknya ahli di bidang ilmu pengetahuan yang mencoba berpendapat bahwa otomatisasi meningkatkan tingkat gaji, ada gunanya jika ada konfirmasi yang jelas.
Oleh Daisuke Adachi, Asisten Profesor Universitas Aarhus. Awalnya diterbitkan di VoxEU
Robot industri dapat memberikan dampak transformatif terhadap lapangan kerja dan upah. Kolom ini mempelajari bagaimana kebangkitan modal robot telah mempengaruhi polarisasi upah di berbagai jenis pekerjaan di Amerika. Penelitian ini menemukan bahwa substitusi antara robot dan tenaga kerja bersifat heterogen di berbagai jenis pekerjaan, dan khususnya sangat kuat di bidang produksi dan pemindahan material. Robotisasi telah memperlambat pertumbuhan upah untuk pekerjaan-pekerjaan ini, dan dengan demikian berkontribusi pada peningkatan polarisasi upah. Kebijakan potensial untuk mengatasi dampak distribusi ini mencakup program pelatihan ulang dan kebijakan perpajakan untuk mengelola laju adopsi robot tanpa menghambat inovasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pesatnya integrasi robot industri ke dalam proses manufaktur telah memicu perdebatan signifikan di kalangan pembuat kebijakan dan ekonom. Diskusi ini berpusat pada dampak transformatif otomatisasi terhadap lapangan kerja dan distribusi upah, terutama di negara dengan sektor industri besar seperti Amerika Serikat. Kolom ini mengkaji bagaimana kebangkitan modal robot telah mempengaruhi polarisasi upah di berbagai jenis pekerjaan dari tahun 1990 hingga 2007, dan menyoroti mekanisme yang mendorong perubahan ini.
Meningkatnya Peran Robot di Industri
Robot industri telah merevolusi produksi pabrik selama tiga dekade terakhir, dengan pasar robot global berkembang dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 12% (IFR 2021). Namun kemajuan ini tidak memberikan dampak yang seragam pada seluruh pekerja. Kekhawatiran mengenai dampak distribusi robot yang tidak merata telah mendorong para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan langkah-langkah seperti mengenakan pajak pada adopsi robot untuk mengurangi potensi bahaya. Penelitian sebelumnya telah meneliti dampak penetrasi robot terhadap lapangan kerja yang lebih luas (misalnya Acemoglu dan Restrepo 2020) dan mengeksplorasi implikasi pajak robot (misalnya Humlum 2021). Namun, memahami substitusi antara robot dan pekerja dalam pekerjaan tertentu tetap penting untuk menilai dampak otomatisasi secara keseluruhan.
Ikhtisar Penelitian
Penelitian saya (Apache 2024) menyelidiki substitusi antara robot dan pekerja dalam berbagai pekerjaan, menggunakan kumpulan data baru mengenai biaya pembelian robot Jepang, yang disebut sebagai Japan Robot Shock (JRS). Dengan mengembangkan model keseimbangan umum otomasi robot dalam perekonomian terbuka besar dan membangun variabel instrumental optimal yang tersirat dalam model, saya mengatasi tantangan identifikasi yang terkait dengan korelasi antara guncangan otomasi dan JRS.
Analisis saya menunjukkan bahwa elastisitas substitusi (EoS) antara robot dan tenaga kerja bersifat heterogen di berbagai jenis pekerjaan. Dalam pekerjaan produksi dan pemindahan material, elastisitas substitusi mencapai 3, jauh lebih tinggi dibandingkan elastisitas antara barang modal dan tenaga kerja lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa robot lebih dapat menggantikan pekerja dalam peran tersebut dibandingkan dengan pekerjaan lain. Temuan ini menunjukkan bahwa robotisasi berkontribusi signifikan terhadap polarisasi upah di AS antara tahun 1990 dan 2007.
Implikasinya terhadap Distribusi Upah
Analisis Perbandingan dengan Literatur yang Ada
Studi saya melengkapi penelitian sebelumnya dengan memberikan perkiraan rinci tentang elastisitas substitusi antara robot dan pekerja dalam pekerjaan. Acemoglu dan Restrepo (2020) menemukan bahwa wilayah dengan penetrasi robot yang lebih besar mengalami pertumbuhan upah dan lapangan kerja yang lebih rendah. Humlum (2021) menunjukkan heterogenitas yang signifikan dalam dampak robot terhadap upah riil di berbagai jenis pekerjaan. Dengan berfokus pada pasar tenaga kerja AS dan menggunakan data biaya robot pada tingkat pekerjaan, penelitian saya memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai substitusi antara robot dan pekerja serta implikasinya terhadap distribusi upah.
Pertimbangan Kebijakan
Temuan ini menggarisbawahi perlunya intervensi kebijakan yang ditargetkan untuk mengatasi dampak buruk otomatisasi terhadap distribusi. Langkah-langkah yang mungkin dilakukan dapat mencakup program pelatihan ulang bagi pekerja di bidang pekerjaan yang sangat rentan, serta kebijakan perpajakan yang dirancang untuk mengatur laju adopsi robot tanpa menghambat inovasi. Mengingat dampak signifikan robotisasi terhadap polarisasi upah, para pembuat kebijakan harus mempertimbangkan dengan cermat bagaimana menyeimbangkan manfaat kemajuan teknologi dengan kebutuhan untuk memastikan hasil pasar tenaga kerja yang adil.
Kesimpulan
Integrasi robot ke dalam proses industri mempunyai dampak yang besar terhadap distribusi upah di AS, terutama dengan memperburuk polarisasi upah. Penelitian saya menyoroti pentingnya memahami dinamika spesifik substitusi pekerja robot dalam suatu pekerjaan untuk sepenuhnya memahami implikasi ekonomi yang lebih luas dari otomatisasi. Ketika perdebatan mengenai perpajakan robot dan langkah-langkah kebijakan lainnya terus berlanjut, temuan kami memberikan wawasan berharga untuk menyusun strategi yang memitigasi dampak negatif otomatisasi terhadap pekerja sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Catatan Penulis: Penelitian utama yang menjadi dasar kolom ini (Adachi 2024) pertama kali muncul sebagai Makalah Diskusi Lembaga Penelitian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (RIETI) Jepang.
Lihat posting asli untuk referensi


