Home Berita Internasional Claude Sonnet 3.5, ekonom – REVOLUSI Marginal

Claude Sonnet 3.5, ekonom – REVOLUSI Marginal

15


TS:

“Apakah model upah efisiensi Stiglitz-Shapiro tahun 1984 benar-benar merupakan model upah yang kaku atau tidak? Apakah upah riil atau upah nominal melekat pada model tersebut?”

Claude:

Model upah efisiensi Stiglitz-Shapiro yang dikeluarkan tahun 1984 pada dasarnya bukanlah model upah yang kaku, meskipun model ini dapat mempunyai implikasi terhadap kekakuan upah. Mari kita uraikan ini:

Konsep inti model: Model Stiglitz-Shapiro pada dasarnya menjelaskan mengapa perusahaan mungkin membayar upah di atas tingkat kliring pasar. Pemahaman utamanya adalah bahwa upah yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas dengan: a) Mengurangi kelalaian (karena pekerja akan mengalami kerugian lebih besar jika tertangkap dan dipecat) b) Menurunkan biaya keluar masuk c) Meningkatkan kualitas pelamar kerja d) Meningkatkan semangat dan upaya pekerja Keteguhan upah dalam model: Model ini tidak secara langsung memprediksi upah yang kaku dalam pengertian tradisional yaitu upah yang lambat dalam menyesuaikan diri terhadap guncangan ekonomi. Namun, hal ini memberikan alasan mengapa upah mungkin tidak turun bahkan ketika terjadi pengangguran. Perusahaan mempunyai insentif untuk mempertahankan upah yang lebih tinggi untuk mempertahankan manfaat produktivitas. Upah Riil vs. Upah Nominal: Model ini terutama berkaitan dengan upah riil, bukan upah nominal. Upah efisiensi ditetapkan secara riil, karena daya beli upahlah yang mempengaruhi perilaku dan produktivitas pekerja. Implikasi terhadap kekakuan upah: Meskipun bukan merupakan model upah yang kaku, konsep upah efisiensi dapat berkontribusi terhadap kekakuan upah. Perusahaan mungkin enggan untuk memotong upah riil bahkan ketika perekonomian sedang lesu karena hal tersebut dapat mengurangi produktivitas dibandingkan menghemat biaya tenaga kerja. Perbedaan dari model upah tetap tradisional: Model upah tetap tradisional sering kali berfokus pada kekakuan nominal yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kontrak jangka panjang atau biaya menu. Model Stiglitz-Shapiro memberikan landasan mikroekonomi yang nyata tentang mengapa upah mungkin tidak mengalami penyesuaian ke bawah, meskipun secara formal upah tersebut tidak “melekat”.

Ringkasnya, meskipun model upah efisiensi Stiglitz-Shapiro tidak secara eksplisit merupakan model upah yang kaku, model ini memberikan wawasan mengapa upah mungkin kaku, khususnya ke arah bawah. Fokusnya adalah pada upah riil dibandingkan upah nominal, dan kekakuan ini timbul akibat kenaikan upah yang meningkatkan produktivitas dibandingkan faktor kelembagaan atau kontrak.

TC lagi; Berapa persentase ekonom profesional yang dapat memberikan jawaban dengan kualitas dan nuansa yang sebanding?



Source link